http://www.ziddu.com/download/21056425/ionBagiIDUsdiLapassustikGintungCirebonApril2005.pdf.html silahkan download, semoga manpaat
Komunitas Pegiat HIV-AIDS Di Cirebon
Kamis, 06 Desember 2012
Harm Reduction di lapas (Laporan Bulanan)
http://www.ziddu.com/download/21056425/ionBagiIDUsdiLapassustikGintungCirebonApril2005.pdf.html silahkan download, semoga manpaat
Kamis, 29 November 2012
Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2012
Hari AIDS Sedunia pertama kali tercetus pada bulan Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss. Setelah hal tersebut disampaikan pada Direktur Program AIDS Global, Dr. Jonathan Mann, maka konsep peringatan hari AIDS ini pun disetujui pada tahun 1988 pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS. Dan pada akhirnya, peringatan Hari AIDS tersebut diperingati oleh pemerintah, organisasi international dan yayasan amal di seluruh dunia pada setiap tanggal 1 Desember, di Indonesia sering kita dengar istilah Peringatan HAS setiap tahunnya.
Hari AIDS Sedunia pada dasarnya bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran semua pihak terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Dalam hal ini tentunya juga sebagai bentuk wadah untuk menunjukkan komitmen dan kepedulian kita kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air yang telah terinfeksi HIV, serta untuk meningkatkan upaya menurunkan jumlah penularan HIV pada populasi kunci seperti Pekerja sex komersial, pelanggan sexs, Homosex, transgender, Penasun dan ODHA. Trend penyebaran Virus HIV dari tahun ketahun semakin menghawatirkan. kehawatiran ini terbukti tatkala Virus HIV merambah dan meluas di kalangan ibu-ibu rumahtangga dan anak yang nota bene bukan tergolong populasi kunci seperti yang dijelaskan di atas. dari total data kasus HIV-AIDS di Kabupaten Cirebon hinggga Nopember 2012 terdapat 31 % dari 629 kasus adalah menyebar pada kelompok perempuan. atas dasar itu, tema Hari AIDS Sedunia pada tahun 2012 ini yaitu “Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS”, dengan sejumlah Sub-Tema Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2012 di Indonesia adalah :
STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP ODHA
Memang Stigma masyarakat terhadap HIV dan AIDS juga menambah berat masalah sosial yang dialami orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) terutama ODHA perempuan. Masyarakat cenderung menganggap HIV dan AIDS hanya dialami oleh perempuan penjaja seks, padahal saat ini telah banyak perempuan yang tidak melakukan perilaku berisiko, namun terinfeksi dari pasangan tetapnya (suami), dan hal ini dapat berdampak langsung terhadap anak. Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagian mengalami keretakan rumah tangga hingga mengalami perceraian. Meningkatnya jumlah anak yatim dan piatu akan menimbulkan masalah tersendiri. Oleh sebab itu perlu ada perhatian khusus terhadap persoalan stigma dan diskriminasi untuk mendukung program-program penanggulangan AIDS dimasa mendatang.
Resiko penularan HIV tidak hanya terbatas pada populasi berisiko tinggi, tetapi juga dapat menular pada pasangan atau istrinya, bahkan anaknya. Hasil proyeksi 2010-2014 menunjukan adanya peningkatan jumlah ODHA pada kelompok perempuan dari sebesar 19% tahun 2008 menjadi 26% pada tahun 2014. Oleh karena itu kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan upaya penting untuk mengurangi ancaman, kerentanan serta melindungi dan mencegah perempuan dan anak-anak terhadap penularan HIV.
Dibanyak tempat di dunia, ditemukan bahwa infeksi HIV pada perempuan atau remaja putri tidak semata-mata disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan cara-cara pencegahan. Seringkali infeksi HIV terjadi tidak hanya karena perempuan dan remaja putri tidak memiliki kekuatan sosial dan ekonomi, sehingga mereka tidak mempunyai posisi tawar untuk melindungi diri mereka tetapi juga disebabkan oleh lingkungan adat istiadat dan budaya yang menyebabkan mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan. Kunci pencegahan penularan HIV dan AIDS yang peduli perempuan adalah pencegahan penularan HIV dan AIDS yang mengikutsertakan segala upaya untuk turut menanggulangi ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan gender jelas-jelas memiliki potensi besar untuk memicu meluasnya penyebaran infeksi HIV. Yang dimaksud dengan kesetaraan gender adalah keadaan dimana perempuan dan laki-laki memiliki status dan kondisi yang sama dalam pemenuhan hak-haknya sebagai manusia serta peran aktifnya dalam pembangunan.
Sangat berat memang ujian yang dihadapi oleh penderita HIV-AIDS. Bukan hanya harus tabah untuk melawan penyakit yang dideritanya, tetapi juga harus tabah dan kuat dalam menghadapi stigma negatif dari masyarakat di sekitarnya. Tak hanya itu, bahkan dengan kondisi tubuh yang sangat rentan pun harus menghindari dari segala macam infeksi yang berbahaya karena dapat membunuhnya (AIDS). AIDS merupakan salah satu kondisi dimana penyakit sangat cepat menular kepada dirinya dan susah disembukhan karena rusaknya sistem immune kita oleh HIV. dalam kondisi seperti ini (stadium AIDS), orang dengan HIV-AIDS biasanya sering terserang penyakit seperti: Candidiasis (Jamur di Mulut), tuberkulosis (TB), infeksi jamur, toksoplasmosis,Cryptococcosis, infeksi Cytomegalovirus (CMV) dan virus hepatitis.
PEREMPUAN, ANAK DAN HIV-AIDS
- Kesetaraan Gender Dalam Keluarga dan Masyarakat sebagai bagian dari upaya penanggulangan dan pencegahan HIV dan AIDS,
- Perlindungan terhadap Perempuan dan Anak Sebagai Salah Satu Upaya Menciptakan Generasi Baru Bebas HIV dan AIDS,
- Pemenuhan Hak Anak Sebagai Bagian dari Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.
- “Menuju Zero New HIV Infection, Zero Discrimination and Zero HIV Related Deaths di tahun 2015” yang diterjemaahkan menjadi “Menuju Pencapaian Komitmen Tidak Ada Infeksi Baru HIV, Tidak Ada Diskriminasi dan Tidak Ada Kematian Terkait HIV di Tahun 2015”,
- Dukungan ketersediaan ARV dan pemberdayaan Odha sebagai bagian dari pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS.
STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP ODHA
Memang Stigma masyarakat terhadap HIV dan AIDS juga menambah berat masalah sosial yang dialami orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) terutama ODHA perempuan. Masyarakat cenderung menganggap HIV dan AIDS hanya dialami oleh perempuan penjaja seks, padahal saat ini telah banyak perempuan yang tidak melakukan perilaku berisiko, namun terinfeksi dari pasangan tetapnya (suami), dan hal ini dapat berdampak langsung terhadap anak. Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagian mengalami keretakan rumah tangga hingga mengalami perceraian. Meningkatnya jumlah anak yatim dan piatu akan menimbulkan masalah tersendiri. Oleh sebab itu perlu ada perhatian khusus terhadap persoalan stigma dan diskriminasi untuk mendukung program-program penanggulangan AIDS dimasa mendatang.
Resiko penularan HIV tidak hanya terbatas pada populasi berisiko tinggi, tetapi juga dapat menular pada pasangan atau istrinya, bahkan anaknya. Hasil proyeksi 2010-2014 menunjukan adanya peningkatan jumlah ODHA pada kelompok perempuan dari sebesar 19% tahun 2008 menjadi 26% pada tahun 2014. Oleh karena itu kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan upaya penting untuk mengurangi ancaman, kerentanan serta melindungi dan mencegah perempuan dan anak-anak terhadap penularan HIV.
Dibanyak tempat di dunia, ditemukan bahwa infeksi HIV pada perempuan atau remaja putri tidak semata-mata disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan cara-cara pencegahan. Seringkali infeksi HIV terjadi tidak hanya karena perempuan dan remaja putri tidak memiliki kekuatan sosial dan ekonomi, sehingga mereka tidak mempunyai posisi tawar untuk melindungi diri mereka tetapi juga disebabkan oleh lingkungan adat istiadat dan budaya yang menyebabkan mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan. Kunci pencegahan penularan HIV dan AIDS yang peduli perempuan adalah pencegahan penularan HIV dan AIDS yang mengikutsertakan segala upaya untuk turut menanggulangi ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan gender jelas-jelas memiliki potensi besar untuk memicu meluasnya penyebaran infeksi HIV. Yang dimaksud dengan kesetaraan gender adalah keadaan dimana perempuan dan laki-laki memiliki status dan kondisi yang sama dalam pemenuhan hak-haknya sebagai manusia serta peran aktifnya dalam pembangunan.
Sangat berat memang ujian yang dihadapi oleh penderita HIV-AIDS. Bukan hanya harus tabah untuk melawan penyakit yang dideritanya, tetapi juga harus tabah dan kuat dalam menghadapi stigma negatif dari masyarakat di sekitarnya. Tak hanya itu, bahkan dengan kondisi tubuh yang sangat rentan pun harus menghindari dari segala macam infeksi yang berbahaya karena dapat membunuhnya (AIDS). AIDS merupakan salah satu kondisi dimana penyakit sangat cepat menular kepada dirinya dan susah disembukhan karena rusaknya sistem immune kita oleh HIV. dalam kondisi seperti ini (stadium AIDS), orang dengan HIV-AIDS biasanya sering terserang penyakit seperti: Candidiasis (Jamur di Mulut), tuberkulosis (TB), infeksi jamur, toksoplasmosis,Cryptococcosis, infeksi Cytomegalovirus (CMV) dan virus hepatitis.
PEREMPUAN, ANAK DAN HIV-AIDS
Kampanye bertemakan perempuan telah diangkat sejak tahun 1990, kemudian tahun 2004. Dua puluh dua tahun kemudian tema tersebut kembali diangkat dengan pertimbangan perempuan yang dilahirkan pada tahun 1990 telah mencapai kematangan seksualnya di tahun 2012 dan banyak dari mereka yang telah menjadi ibu, sedangkan pengetahuan mereka tentang HIV dan AIDS masih belum memadai dan hal ini akan berdampak terhadap anak, terutama bayi yang dikandungnya. Untuk itulah , dipandang tepat untuk memfokuskan kampanye tahun 2012 pada perlindungan perempuan dan perlindungan anak.
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, pemberian pengetahuan secara luas kepada masyarakat melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sedapat mungkin dilakukan dengan menggunakan jalur yang telah ada karena terbatasnya sumber daya. Pemberian pengetahuan dengan mengintegrasikan materi secara sistematis dapat dilakukan melalui jalur Kementerian/Lembaga, lintas sektor, Lembaga Masyarakat (LM), sektor swasta, organisasi profesi, organisasi perempuan, organisasi keagamaan dan lainnya.
Kampanye AIDS Sedunia Tahun 2012 ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mempengaruhi masyarakat untuk berhenti menutup mata terhadap kekerasan terhadap perempuan dan anak serta mengingatkan akan kewajiban masyarakat untuk melindungi perempuan dan anak dan memberikan tindakan hukum terhadap oknum-oknum yang melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia telah dilakukan, baik oleh Kementerian/ Lembaga, Swasta, Lembaga Masyarakat, Lembaga Donor maupun oleh kelompok masyarakat peduli AIDS, sesuai dengan tugas pokok masing-masing. Namun demikian upaya-upaya tersebut masih perlu ditingkatkan baik kualitas, kuantitas, keterpaduan, maupun kebersamaannya. Oleh karena itu diharapkan kegiatan-kegiatan Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2012 dilakukan oleh berbagai sektor terkait serta secara komprehensif terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Kesra selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) No. B 19/MENKO/ KESRA/I/2012 menunjuk Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai Ketua Panitia Nasional Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2012.
Untuk melakukan tes HIV memang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Awal mulanya harus didahului dengan konseling dan pendamping psikologis atau yang disebut denganVoluntary Counseling and Testing (VCT). Hal ini berupaya untuk mengantisipasi reaksi-reaksi yang dapat berakibat buruk bagi kejiwaan seorang penderita HIV-AIDS.
Kampanye Nasional Hari AIDS Sedunia Tahun 2012 di seluruh Indonesia.
Tujuan Umum :
Mempercepat respon masyarakat terhadap HIV dan AIDS dengan fokus pada perlindungan perempuan dan perlindungan anak, mencegah infeksi baru, meningkatkan akses pengobatan dan mengurangi dampak dari AIDS.
Tujuan Khusus :
HAS tahun 2012 di Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat Daerah, Peringatan HAS Tahun 2012 diselenggarakan dengan melibatkan Pemerintah daerah, KPA Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas/Instansi, Lembaga/Badan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Lembaga Masyarakat peduli HIV dan AIDS, swasta, dunia usaha, Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Keagamaan, Organisasi Perempuan, dll yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepanitiaan Peringatan HAS Tahun 2012 yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota setempat. Ketua Pelaksana HAS Tahun 2012 di tingkat daerah adalah Ketua KPA masing-masing. Pada dasarnya beberapa kegiatan yang dilakukan di tingkat pusat dapat pula dilakukan di tingkat daerah, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kemampuan daerah masing-masing.
sebagian Sumber diambil dari Buku Pedoman Kampanye HAS Indonesia tahun 2012
Semoga bermanfaat
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, pemberian pengetahuan secara luas kepada masyarakat melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sedapat mungkin dilakukan dengan menggunakan jalur yang telah ada karena terbatasnya sumber daya. Pemberian pengetahuan dengan mengintegrasikan materi secara sistematis dapat dilakukan melalui jalur Kementerian/Lembaga, lintas sektor, Lembaga Masyarakat (LM), sektor swasta, organisasi profesi, organisasi perempuan, organisasi keagamaan dan lainnya.
Kampanye AIDS Sedunia Tahun 2012 ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mempengaruhi masyarakat untuk berhenti menutup mata terhadap kekerasan terhadap perempuan dan anak serta mengingatkan akan kewajiban masyarakat untuk melindungi perempuan dan anak dan memberikan tindakan hukum terhadap oknum-oknum yang melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia telah dilakukan, baik oleh Kementerian/ Lembaga, Swasta, Lembaga Masyarakat, Lembaga Donor maupun oleh kelompok masyarakat peduli AIDS, sesuai dengan tugas pokok masing-masing. Namun demikian upaya-upaya tersebut masih perlu ditingkatkan baik kualitas, kuantitas, keterpaduan, maupun kebersamaannya. Oleh karena itu diharapkan kegiatan-kegiatan Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2012 dilakukan oleh berbagai sektor terkait serta secara komprehensif terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Kesra selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) No. B 19/MENKO/ KESRA/I/2012 menunjuk Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai Ketua Panitia Nasional Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2012.
Untuk melakukan tes HIV memang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Awal mulanya harus didahului dengan konseling dan pendamping psikologis atau yang disebut denganVoluntary Counseling and Testing (VCT). Hal ini berupaya untuk mengantisipasi reaksi-reaksi yang dapat berakibat buruk bagi kejiwaan seorang penderita HIV-AIDS.
Kampanye Nasional Hari AIDS Sedunia Tahun 2012 di seluruh Indonesia.
Tujuan Umum :
Mempercepat respon masyarakat terhadap HIV dan AIDS dengan fokus pada perlindungan perempuan dan perlindungan anak, mencegah infeksi baru, meningkatkan akses pengobatan dan mengurangi dampak dari AIDS.
Tujuan Khusus :
- Meningkatkan kesadaran publik, kredibilitas dan legitimasi target-target yang telah disepakati bersama dalam Komitmen United Nation General Assembly Special Session (UNGASS) untuk HIV dan AIDS terutama yang terkait dengan perlindungan pada perempuan dan anak.
- Meningkatkan kepemimpinan dan komitmen berkelanjutan untuk mendorong upaya-upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bahaya HIV dan AIDS.
- Mendorong perubahan kultur kesetaraan gender yang membuat lakilaki dan perempuan mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama.
- Mendorong adanya respon dan kebijakan nasional yang juga memiliki fokus untuk perlindungan terhadap perempuan dan anak.
- Meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan pencegahan HIV dan penanggulangan AIDS yang dilakukan oleh sektor, lembaga masyarakat, swasta, dunia usaha, masyarakat sipil, media massa, tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat luas lainnya dalam menekan laju epidemi HIV dan AIDS di Indonesia.
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS (ODHA).
HAS tahun 2012 di Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat Daerah, Peringatan HAS Tahun 2012 diselenggarakan dengan melibatkan Pemerintah daerah, KPA Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas/Instansi, Lembaga/Badan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Lembaga Masyarakat peduli HIV dan AIDS, swasta, dunia usaha, Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Keagamaan, Organisasi Perempuan, dll yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepanitiaan Peringatan HAS Tahun 2012 yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota setempat. Ketua Pelaksana HAS Tahun 2012 di tingkat daerah adalah Ketua KPA masing-masing. Pada dasarnya beberapa kegiatan yang dilakukan di tingkat pusat dapat pula dilakukan di tingkat daerah, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kemampuan daerah masing-masing.
sebagian Sumber diambil dari Buku Pedoman Kampanye HAS Indonesia tahun 2012
Semoga bermanfaat
MENKO KESRA (SAMBUTAN HAS 2012)
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
KATA SAMBUTAN DALAM PEDOMAN HAS 2012
Insidensi infeksi baru Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia cenderung meningkat dan bukan hanya menulari kalangan pekerja seks, pengguna narkoba suntik dan hubungan seks yang tidak aman lainnya, namun telah menulari ibu rumah tangga, bayi dalam kandungan, yang tertular melalui transmisi secara hetero seksual, jarum suntik tidak steril dan transfusi darah yang tidak aman.
Untuk menyelesaikan permasalahan HIV dan AIDS, diperlukan kerjasama lintas sektor dan strategi nasional yang terkoordinasi dan sinergi dengan memberdayakan populasi kunci sebagai populasi berisiko tinggi tertular HIV, dukungan dunia usaha, serta komitmen yang kuat dari pemerintah dan kepedulian masyarakat luas. Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS telah diawali sejak tahun 1994 yang meningkat jumlah dan jenis programnya sejalan dengan wilayah penyebaran epideminya.
Salah satu tujuan Pembangunan Millenium 2015 yang sulit dicapai di Indonesia adalah menurunkan secara signifikan prevalensi dan insidensi HIV dan AIDS, hal ini mengingat besarnya tantangan dan ancaman epidemi tersebut pada masyarakat Indonesiaq yang heterogen dan pluralistik serta dipersulit dengan adanya keterbatasan kapasitas pemerintah daerah yang belum sepenuhnya mendukung mendukung upaya penghentian laju percepatan epidemi HIV dan AIDS. Diperlukan pemberian Anti Retro Viral lebih dini kepada ODHA agar risiko penularan dapat diturunkan hingga 96%. Selain itu pengobatan sejak dini dapat menambah lama waktu usia hidup hingga 18 tahun.
HIV dan AIDS yang melanda sebagian besar dunia, setiap tahunnya yaitu tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia, dan pada tahun 2012 tema hari AIDS Sedunia yaitu “Lindungi Perempuan dan Anak Dari HIV-AIDS”, merupakan bentuk ajakan, untuk menghentikan laju epidemi HIV dan AIDS di masa mendatang, pemerintah telah berkomitmen meningkatkan kapasitas dengan memobilisasi sumber daya nasional secara terkoordinasi, sinergis, sinkron dan akuntabel guna mempercepat pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS.
Dengan terbitnya Buku Pedoman ini, yang bentuknya untuk meningkatkan keterpaduan pelaksanaan Kampanye Nasional Pencegahan AIDS Sedunia di tahun 2012, diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Daerah, Lembaga Non Pemerintah dan Dunia Usaha serta masyarakat dalam melaksanakan berbagai kegiatan berkaitan dengan upaya pengendalian laju penularan epidemi HIV dan AIDS pada generasi muda di Indonesia.
Jakarta, 1 Juli 2012
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan RakyatSelaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,
Ttd
H.R. Agung Laksono
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Sambutan HAS 2012)
SAMBUTAN PENGANTAR PADA PEDOMAN PELAKSANAAN
HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2012
MENTERI NEGARA
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA PANITIA NASIONAL HARI AIDS SEDUNIA
TAHUN 2012
Hari AIDS Sedunia (HAS) setiap tahun diperingati oleh seluruh negara di dunia pada tanggal 1 Desember, demikian pula di Indonesia. Agar rangkaian kegiatan sampai dengan puncak acara HAS Tahun 2012 dapat berjalan secara terkoordinasi, efektif dan efisien, maka disusun Buku Pedoman Pelaksanaan Peringatan HAS Tahun 2012. Buku pedoman ini disusun berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nomor: B 19/MENKO/KESRA/I/2012 tanggal 31 Januari 2012, perihal Ketua Panitia Nasional Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2012.
Buku Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan peringatan HAS Tahun 2012, baik Nasional maupun di Daerah. Dengan terbitnya Buku Pedoman ini saya berharap seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh semua sektor/instansi/lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat berjalan dengan baik, mempunyai gaung yang luas dan daya ungkit yang tinggi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. 2 Pedoman Pelaksanaan Hari AIDS Sedunia 2012 Puncak acara peringatan HAS Tahun 2012 di Indonesia akan diselenggarakan pada tanggal 11 Desember 2012.
Tema peringatan HAS tahun ini adalah “Lindungi Perempuan dan Anak Dari HIV dan AIDS”. Sesuai dengan tema yang telah ditetapkan, saya mengajak semua pihak untuk berperan aktif, dalam meningkatkan perlindungan bagi perempuan, perempuan rentan terinfeksi HIV dan hal ini berdampak terhadap anak. Melalui tema ini diharapkan dapat menghapus stigma dan diskriminasi serta meningkatkan partisipasi laki-laki/ suami dalam pemenuhan hak reproduksi perempuan sangatlah penting. Lakilaki/ suami mempunyai peran yang penting ikut menjaga kesehatan reproduksi dirinya dan pasangannya. Keterlibatan laki-laki dalam mendukung kesehatan reproduksi perempuan sangat besar dan mampu mengubah peran sosial yang sampai saat ini masih membatasi kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi perempuan, serta pengertian laki-laki dan dukungan mereka untuk hak asasi perempuan serta kesetaraan gender.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Buku Pedoman Pelaksanaan Peringatan HAS Tahun 2012 ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi usaha kita bersama.Jakarta, 30 Juni 2012
Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia
Selaku Ketua Panitia Nasional HAS Tahun 2012
Linda Amalia Sari Gumelar
Minggu, 25 November 2012
Sejarah Hari AIDS Sedunia
Sejarah
Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss.[1] [2] Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Pgoram AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988.
Bunn menyarankan tanggal 1 Desember untuk memastikan liputan oleh media berita barat, sesuatu yang diyakininya sangat penting untuk keberhasilan Hari AIDS Sedunia. Ia merasa bahwa karena 1988 adalah tahun pemilihan umum di AS, penerbitan media akan kelelahan dengan liputan pasca-pemilu mereka dan bersemangat untuk mencari cerita baru untuk mereka liput. Bunn dan Netter merasa bahwa 1 Desember cukup lama setelah pemilu dan cukup dekat dengan libur Natal sehingga, pada dasarnya, tanggal itu adalah tanggal mati dalam kalender berita dan dengan demikian waktu yang tepat untuk Hari AIDS Sedunia.
Bunn, yang sebelumnya bekerja sebagai reporter yang meliput epidemi ini untuk PIX-TV di San Francisco, bersama-sama dengan produsennya, Nansy Saslow, juga memikirkan dan memulai "AIDS Lifeline" ("Tali Nyawa AIDS") - sebuah kampanye penyadaran masyarakat dan pendidikan kesehatan yang disindikasikan ke berbagai stasiun TV di AS. "AIDS Lifeline" memperoleh Penghargaan Peabody, sebuah Emmy lokal, dan Emmy Nasional pertama yang pernah diberikan kepada sebuah stasiun lokal di AS.
Pada 18 Juni 1986, sebuah proyek "AIDS Lifeline" memperoleh penghargaan "Presidential Citation for Private Sector Initiatives", yang diserahkan oleh Presiden Ronald Reagan. Bunn kemudian diminta oleh Dr. Mann, atas nama pemerintah AS, untuk mengambil cuti dua tahun dari tugas-tugas pelaporannya untuk bergabung dengan Dr. Mann (seorang epidemolog untuk Pusat Pengendalian Penyakit) dan membantu untuk menciptakan Program AIDS Global. Bunn menerimanya dan diangkat sebagai Petugas Informasi Umum pertama untuk Pgoram AIDS Global. Bersama-sama dengan Netter, ia menciptakan, merancang, dan mengimplementasikan peringatan Hari AIDS Sednia pertama - kini inisiatif kesadaran dan pencegahan penyakit yang paling lama berlangsung dalam jenisnya dalam sejarah kesehatan masyarakat.)
Program Bersama PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) mulai bekerja pada 1996, dan mengambil alih perencanaan dan promosi Hari AIDS Sedunia. Bukannya memusatkan perhatian pada satu hari saja, UNAIDS menciptakan Kampanye AIDS Sedunia pada 1997 untuk melakukan komunikasi, pencegahan dan pendidikan sepanjang tahun.
Pada dua tahun pertama, tema Hari AIDS Sedunia dipusatkan pada anak-anak dan orang muda. Tema-tema ini dikiritk tajam saat itu karena mengabaikan kenyataan bahwa orang dari usia berapapun dapat terinfeksi HIV dan menderita AIDS. Tetapi tema ini mengarahkan perhatian kepada epidemi HIV/AIDS, menolong mengangkat stigma sekitar penyakit ini, dan membantu meningkatkan pengakuan akan masalahnya sebagai sebuah penyakit keluarga.
Pada 2004, Kampanye AIDS Sedunia menjadi organisasi independen. Sejak dibentuknya hingga 2004, UNAIDS memimpin kampanye Hari AIDS Sedunia, memilih tema-tema tahunan melalui konsultasi dengan organisasi-organisasi kesehatan global lainnya.
Sejak 2008, tema Hari AIDS Sedunia dipilih oleh Komite Pengarah Global Kampanye Hari AIDS Sedunia setelah melalui konsultasi yang luas dengan banyak pihak, organisasi dan lembaga-lembaga pemerintah yang terlibat dalam pencegahan dan perawatan korban HIV/AIDS. Untuk setiap Hari AIDS Sedunia dari 2005 hingga 2010, temanya adalah "Hentikan AIDS, Jaga Janjinya", dengan sebuah sub-tema tahunan.Tema payung ini dirancang untuk mendorong para pemimpin politik untuk memegang komitmen mereka untuk menghasilkan akses sedunia kepada pencegahan, perawatan, pemeliharaan, dan dukungan terhadap penyakit dan para korban HIV/AIDS pada tahun 2010.
Tema ini tidaklah spesifik bagi Hari ADIS Sedunia, melaiinkan digunakan sepanjang tahun dalam upaya-upaya Kampanye AIDS Sedunia untuk menyoroti kesadaran HIV/AIDS dalam konteks peristiwa-peristiwa global lainnya termasuk Pertemuan Puncak G8. Kampanye ADIS Sedunia juga menyelenggarakan kampanye-kampanye di masing-masing negara di seluruh dunia, seperti Kampanye Mahasiswa Menghentikan AIDS, sebuah kampanye untuk menularkan kesadaran kepada orang-orang muda di seluruh Britania Raya.
Tema Hari AIDS Sedunia 1988 - 2009
1988 | Komunikasi |
1989 | Pemuda |
1990 | Wanita dan AIDS |
1991 | Berbagi Tantangan |
1992 | Komitmen Masyarakat |
1993 | Saatnya Beraksi |
1994 | AIDS dan Keluarga |
1995 | Hak Bersama, Tanggung jawab Bersama |
1996 | Satu Dunia. Satu Harapan |
1997 | Anak-anak yang Hidup dalam Dunia dengan AIDS |
1998 | Kekuatan Menuju Perubahan: Kampanye AIDS Sedunia Bersama Orang Muda |
1999 | Dengarkan, Pelajari, Hidupi: Kampanye AIDS Sedunia dengan Anak-anak dan Orang Muda |
2000 | AIDS: Laki-laki Menciptakan Perbedaan |
2001 | Aku Peduli. Bagaimana dengan Anda? |
2002 | Stigma dan Diskriminasi |
2003 | Stigma dan Diskriminasi |
2004 | Perempuan, Gadis, HIV dan AIDS |
2005 | Hentikan AIDS. Jaga Janjinya |
2006 | Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Akuntabilitas |
2007 | Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Kepemimpinan |
2008 | Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Pimpin - Berdayakan - Berikan[7] |
2009 | Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Akses Universal dan Hak Asasi Manusia |
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di Vietnam dan Indonesia: Dinamika perawatan yang berbeda arah
Anita Petra Hardon, Pauline Oosterhoff, Johanna D. Imelda, Nguyen Thu Anh, Irwan Hidayana
Bagaimana perempuan dan tenaga kesehatan terdepan berkecimpung dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di daerah perkotaan di Vietnam dan Indonesia, di mana HIV masih dianggap sebagai stigma dan diasosiasikan dengan prostitusi dan narkoba suntik? Studi kualitatif ini menggali dinamika perawatan lokal dengan menggunakan pengamatan, FGD dan wawancara. Di Indonesia, penelitian dilakukan di program PMTCT berbasis masyarakat yang dikelola oleh sebuah LSM, sementara di Vietnam di layanan PMTCT rutin yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan masyarakat di tingkat distrik dan propinsi. Pada kedua program ini (pendekatan yang diprakarsai tenaga kesehatan di Vietnam dan sistem yang lebih berorientasi pada klien di Indonesia) perempuan hamil menilai layanan tes HIV dalam layanan antenatal. Kecemasan muncul pada beberapa perempuan yang terbukti positif HIV. Mereka tidak puas dengan kualitas konseling dan kegagalan untuk memberikan pengobatan antiretroviral. Penerimaan tes HIV dalam layanan antenatal cukup tinggi, tetapi isu kebijakan utama menurut perspektif ibu hamil adalah apakah layanan PMTCT dapat memberikan kualitas konseling yang baik dan perawatan lanjutan yang diperlukan. Kami menemukan tenaga kesehatan lokal senang dengan program PMTCT. Di Vietnam, program ini menawarkan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap HIV karena mereka dapat merujuk perempuan jauh dari layanan kesehatan distrik ketika akan bersalin. Di Indonesia, kader kesehatan masyarakat senang dengan insentif financial yang diperoleh karena memobilisasi klien untuk mengikuti program PMTCT. Kesimpulan kami bahwa untuk mencapai tujuan global mengurangi infeksi HIV pada anak-anak hingga 50% memerlukan penerjemahan program kesehatan masyarakat yang dirancang secara global ke dalam konteks lokal yang sensitive gender termasuk peluang-peluang lokal untuk perawatan lanjutan dan dukungan sosial.
Sumber: Social Science and Medicine 69 (2009): 838-845
Dipublikasikan: Social Science and Medicine, September, 2009
Anita Petra Hardon, Pauline Oosterhoff, Johanna D. Imelda, Nguyen Thu Anh, Irwan Hidayana
Bagaimana perempuan dan tenaga kesehatan terdepan berkecimpung dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di daerah perkotaan di Vietnam dan Indonesia, di mana HIV masih dianggap sebagai stigma dan diasosiasikan dengan prostitusi dan narkoba suntik? Studi kualitatif ini menggali dinamika perawatan lokal dengan menggunakan pengamatan, FGD dan wawancara. Di Indonesia, penelitian dilakukan di program PMTCT berbasis masyarakat yang dikelola oleh sebuah LSM, sementara di Vietnam di layanan PMTCT rutin yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan masyarakat di tingkat distrik dan propinsi. Pada kedua program ini (pendekatan yang diprakarsai tenaga kesehatan di Vietnam dan sistem yang lebih berorientasi pada klien di Indonesia) perempuan hamil menilai layanan tes HIV dalam layanan antenatal. Kecemasan muncul pada beberapa perempuan yang terbukti positif HIV. Mereka tidak puas dengan kualitas konseling dan kegagalan untuk memberikan pengobatan antiretroviral. Penerimaan tes HIV dalam layanan antenatal cukup tinggi, tetapi isu kebijakan utama menurut perspektif ibu hamil adalah apakah layanan PMTCT dapat memberikan kualitas konseling yang baik dan perawatan lanjutan yang diperlukan. Kami menemukan tenaga kesehatan lokal senang dengan program PMTCT. Di Vietnam, program ini menawarkan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap HIV karena mereka dapat merujuk perempuan jauh dari layanan kesehatan distrik ketika akan bersalin. Di Indonesia, kader kesehatan masyarakat senang dengan insentif financial yang diperoleh karena memobilisasi klien untuk mengikuti program PMTCT. Kesimpulan kami bahwa untuk mencapai tujuan global mengurangi infeksi HIV pada anak-anak hingga 50% memerlukan penerjemahan program kesehatan masyarakat yang dirancang secara global ke dalam konteks lokal yang sensitive gender termasuk peluang-peluang lokal untuk perawatan lanjutan dan dukungan sosial.
Sumber: Social Science and Medicine 69 (2009): 838-845
Dipublikasikan: Social Science and Medicine, September, 2009
Laporan Semester untuk Mitra Hibah IHPCP-Phase II
Laporan Semester untuk Mitra Hibah IHPCP-Phase II
Nama Lembaga
Mitra : Mitra Citra Remaja-PKBI Cirebon
Nama
Proposal :
Implementasi Harm
Reduction Bagi IDU’s di Lapassustik Gintung Cirebon
Cakupan Laporan
(bulan/tahun) : April 2005
Nama Penanggung Jawab Laporan : Dony Purwadi
Intruksi
umum:
·
Laporan ini
ditulis dan disampaikan setiap triwulan oleh masing-masing organisasi mitra
yang menerima bantuan dana hibah dari
IHPCP.
·
Mengirimkan
laporan melalui email, dalam bentuk
disket sebagai satu file Microsoft Office-compatible dokumen dalam bentuk hard
copy.
·
Satu
salinan laporan harus disampaikan kepada IHPCP Koordinator Provinsi, dalam
waktu 10 hari dari hari terakhir triwulan ybs. Ini dapat disampaikan bersama –
sama dengan laporan keuangan triwulan.
·
Laporan
bisa diketik secara langsung ke dalam file ini, kemudian menyimpannya dengan
suatu nama baru, yang siap untuk dikirim.
·
Petunjuk –
petunjuk paragraf disiapkan. Ambillah sebanyak spasi sebagaimana diperlukan,
namun mohon ringkas.
·
Laporan
dapat disiapkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
·
Kegiatan HIV 101
Sasaran kegiatan HIV 101
adalah 10 warga binaan (kelompok 5) sebanyak 6 sesi pelatihan dari unit I
kegiatan I -10 dan Unit 2 kegiatan 1-3 a,b,c. Implementasi dari pelaksanaan pelatihan
HIV 101 tersebut dilaksanakan di ruang pendidikan Lapassustik Gintung setiap
hari selasa dan kamis dimulai pukul jam 09.00-11.30 WIB.
Hasil capaian pelaksanaan
kegiatan HIV 101 pada bulan april 2005 masih belum dapat ditampilkan karena
pelaksanaan post test baru akan dilaksanakan pada tanggal 17 mei 2005.
Beberapa hambatan ditemui
dalam pelaksanaan pelatihan HIV 101 dimana setiap peserta sulit untuk memahami
bahasa-bahasa medis. Hal tersebut sangat dimungkingkan terjadi karena tingkat
pendidikan warga binaan peserta pelatihan HIV 101 tersebut hanya lulusan SD dan
SMP. Hambatan lain adalah ketika salah satu personil tim Harm Reduction
berhalangan maka ada kegiatan lain yaitu konseling umum yang harus ditunda
untuk sementara. Hal tersebut jelas sangat berpengaruh terhadap capaian
kegiatan program sehingga perlu dicarikan penyelesaiannya.
Lesson learn dari pelaksanaan kegiatan HIV
101 adalah tim Harm Reduction MCR pasti akan dihadapkan pada peserta pelatihan
(warga binaan) yang heterogen dilihat dari tingkat pendidikan. Maka perlu
adanya pendekatan yang berbeda agar materi HIV/AIDS dasar yang banyak bahasa
asing dapat diserap dengan baik oleh warga binaan peserta pelatihan HIV 101. menindak
lanjuti hambatan tersebut Tim HR-PKBI CRB menempelkan tulisan-tulisan bahasa
asing ditembok-tembok ruang pelatihan HIV 101 yang mudah dilihat dan menarik
untuk di Baca. Untuk hambatan personil tim yang berhalangan dan berakibat pada
pelaksanaan kegiatan konseling umum maka tindak lanjutnya adalah pelaksanaan
konseling umum dirubah harinya ke hari yang lain selain hari pelaksanaan
pelatihan HIV 101 (diluar hari selasa dan hari kamis
Berikut ini adalah grafik persentase hasil capaian pelatihan HIV 101 secara akumulatif
dari
bulan desember 2004 – Maret 2005.
·
Konseling Umum
Kegiatan konseling umum ini ditujukan untuk mendukung perubahan sikap dan
perilaku positif IDU’s di Lapas serta memberikan dukungan terhadap warga binaan
yang mempunyai masalah Napza & HIV/AIDS dan masalah-masalah umum lainnya. Konseling
umum ini dilaksanakan oleh satu orang psikolog dan dilakukan secara face to face untuk menjaga kerahasiaan
klien. Dalam pelaksanaannya konseling ini dilaksanakan 2 kali satu minggu,
yaitu setiap hari selasa dan kamis. Dari jam 09.00-11.30.
Hasil capaian kegiatan konseling pada bulan april 2005 adalah 8 kali
melaksanakan konseling dengan 3 kasus yang sudah ditangani oleh Psikolog tim
Harm Reduction MCR-PKBI Cirebon dimana setiap kasus rata-rata ditangani bersama
dengan klien sebanyak 3 kali pertemuan tatap muka. Jumlah klien yang mengakses pelayanan
konseling tidak terlalu signifikan dikarenakan waktu yang tersedia sangat
singkat sedangkan untuk melakukan diagnosa yang benar dan akurat akan
permasalahan klien membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Beberapa hambatan yang ditemui tim Harm Reduction dalam memberikan
pelayanan konseling diantaranya adalah belum tersedianya tempat yang layak dan
profesional yang dapat membuat warga binaan nyaman dalam memecahkan masalahnya.
Hambatan lainnya adalah sejak sumber daya manusia tim harm reduction hanya 3
orang maka ketika salah satu personil berhalangan maka berdampak pada tidak
terlaksananya pelayanan konseling di Lapas.
Pelajaran yang kami peroleh dalam melaksanakan pelayanan konseling Umum
adalah bahwa untuk melaksanakan pelayanan konseling umum di Lapas perlu adanya
tempat yang layak dan waktu tidak berbarengan dengan pelaksanaan kegiatan HIV 101. rencana tindak lanjut tim Harm Reduction bulan depan adalah harus
dilakukan lobi terhadap staff Lapas (dalam hal ini kasie Rehabilitasi Mental
dan Medis) sehingga Lapas dapat menyediakan tempat yang lebih layak dan profesional
serta waktu yang cukup.
·
Kerjasama dengan Stake Holder
Sasaran tim Harm Reduction MCR-PKBI Cirebon untuk melaksanakan kerja sama
dengan stake holder, lebih diarahkan pada unsur-unsur KPAD di kota dan
kabupaten Cirebon. Dalam mengimplementasikannya tim harm reduction
mengalokasikan waktu setiap satu kali dalam 1 minggu. Tim harm reduction
MCR-PKBI Cirebon selama bulan april telah melaksanakan 4 kali advokasi ke dinas
kesehatan kota dan kabupaten Cirebon. Beberapa bentuk advokasi yang telah
dilaksanakan oleh MCR-PKBI Cirebon diantaranya audiensi, memberikan laporan
program MCR-PKBI Cirebon, dan membuat rencana seminar dengan dinas kesehatan
kab. Cirebon.
Berikut
ini adalah hasil pelaksanaan advokasi terhadap dinas kesehatan kota dan Kab.
Cirebon, adalah:
- Hasil dari pelaksanaan advokasi di dinas Kesehatan kab. Cirebon adalah terbangunnya kepercayaan dari dinas kesehatan kab. Cirebon kepada MCR-PKBI Cirebon dan akan memasukan MCR dalam sturktur KPAD Kab. Cirebon.
- Dinas kesehatan Kab. Cirebon akan melibatkan MCR-PKBI Cirebon dalam setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS misalnya talk show radio dan sosialisasi HIV/AIDS kesekolah-sekolah.
- Dinas kesehatan kab. Cirebon akan melakukan follow up dari pertemuan audiensi dengan mengunjungi dan mengidentifikasi kebutuhan lapassustik gintung Cirebon.
- Dinas kesehatan kab. Cirebon juga akan ikut berpartisipasi dengan MCR-PKBI Cirebon untuk melakukan audiensi dengan Wakil Bupati Bidang Kesra Kab. Cirebon.
- Untuk advokasi dinas kesehatan kota menghasilkan keterangan bahwa dinas kesehatan kota belum membuat rencana program aksi dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Lapas & Rutan kota Cirebon walaupun berdasarkan data di Lapas&rutan tersebut sudah terdapat 13 kasus HIV Positif.
Beberapa Hambatan dalam pelaksanaan advokasi terhadap dinas kesehatan kota
dan kabuten Cirebon adalah kuatnya stigma di institusi legislatif yang
mengatakan bahwa para pengidap HIV/AIDS tidak perlu di berikan pelayanan sedangkan
informasi dan pelayanan kesehatan adalah hak bagi masyarakat termasuk ODHA.
Hambatan lainnya adalah Minimnya dana atau bahkan tidak jelasnya alokasi dana
untuk penanggulangan HIV/AIDS kab.
Cirebon. Hal tersebut menyulitkan dinas kesehatan kab. Cirebon untuk bergerak
menanggulangi HIV/AIDS di Kab. Cirebon serta sulitnya membangun jejaring dengan
lembaga-lembaga non pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS di kab. Cirebon. Hambatan
tersebut membuat upaya sosialisasi dan penyadaran institusi pemerintah dan
legislatif berjalan lamban.
Pelajaran yang diperoleh tim harm reduction MCR-PKBI Cirebon dalam
melaksanakan advokasi terhadap stakeholder
adalah pentingnya dukungan data-data dan fakta yang kuat serta partisipasi NGO
atau institusii terkait lain untuk menguatkan isu HIV/AIDS di kab. Cirebon.
Mengingat Tim harm Reduction saat ini dibenturkan dengan institusi eksekutif
dan legislatif di kab. Cirebon yang masih memegang kuat stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA yang berdampak pada dana penanggulangan HIV/AIDS tidak jelas
peruntukkannya.
Rencana tidak lanjut dari advokasi di Kab. Cirebon adalah :
1.
Perlu
adanya follow up advokasi ke institusi lain seperti BNK,KPAD untuk meningkatkan
jejaring
2.
perlu
adanya suatu seminar yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan
legislatif dan eksekutif di Kab. Cirebon
3.
Perlu
adanya Renstra penanggulangan HIV/AIDS di Kab. Cirebon yang menjadi pedoman
bagi Stake holder lokal dalam penatalaksanaan HIV/AIDS di Kab. Cirebon.
Rencana tindak lanjut advokasi di Kota Cirebon adalah :
- Mengajak dinas kesehatan kota Cirebon berpartisipasi untuk mengunjungi Lapas Kesambi dan mengidentifikasi permasalahan diLapas Kelas I Kesamb.
Langganan:
Postingan (Atom)