Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di Vietnam dan Indonesia: Dinamika perawatan yang berbeda arah
Anita Petra Hardon, Pauline Oosterhoff, Johanna D. Imelda, Nguyen Thu Anh, Irwan Hidayana
Bagaimana perempuan dan tenaga kesehatan terdepan berkecimpung dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di daerah perkotaan di Vietnam dan Indonesia, di mana HIV masih dianggap sebagai stigma dan diasosiasikan dengan prostitusi dan narkoba suntik? Studi kualitatif ini menggali dinamika perawatan lokal dengan menggunakan pengamatan, FGD dan wawancara. Di Indonesia, penelitian dilakukan di program PMTCT berbasis masyarakat yang dikelola oleh sebuah LSM, sementara di Vietnam di layanan PMTCT rutin yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan masyarakat di tingkat distrik dan propinsi. Pada kedua program ini (pendekatan yang diprakarsai tenaga kesehatan di Vietnam dan sistem yang lebih berorientasi pada klien di Indonesia) perempuan hamil menilai layanan tes HIV dalam layanan antenatal. Kecemasan muncul pada beberapa perempuan yang terbukti positif HIV. Mereka tidak puas dengan kualitas konseling dan kegagalan untuk memberikan pengobatan antiretroviral. Penerimaan tes HIV dalam layanan antenatal cukup tinggi, tetapi isu kebijakan utama menurut perspektif ibu hamil adalah apakah layanan PMTCT dapat memberikan kualitas konseling yang baik dan perawatan lanjutan yang diperlukan. Kami menemukan tenaga kesehatan lokal senang dengan program PMTCT. Di Vietnam, program ini menawarkan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap HIV karena mereka dapat merujuk perempuan jauh dari layanan kesehatan distrik ketika akan bersalin. Di Indonesia, kader kesehatan masyarakat senang dengan insentif financial yang diperoleh karena memobilisasi klien untuk mengikuti program PMTCT. Kesimpulan kami bahwa untuk mencapai tujuan global mengurangi infeksi HIV pada anak-anak hingga 50% memerlukan penerjemahan program kesehatan masyarakat yang dirancang secara global ke dalam konteks lokal yang sensitive gender termasuk peluang-peluang lokal untuk perawatan lanjutan dan dukungan sosial.
Sumber: Social Science and Medicine 69 (2009): 838-845
Dipublikasikan: Social Science and Medicine, September, 2009
Anita Petra Hardon, Pauline Oosterhoff, Johanna D. Imelda, Nguyen Thu Anh, Irwan Hidayana
Bagaimana perempuan dan tenaga kesehatan terdepan berkecimpung dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di daerah perkotaan di Vietnam dan Indonesia, di mana HIV masih dianggap sebagai stigma dan diasosiasikan dengan prostitusi dan narkoba suntik? Studi kualitatif ini menggali dinamika perawatan lokal dengan menggunakan pengamatan, FGD dan wawancara. Di Indonesia, penelitian dilakukan di program PMTCT berbasis masyarakat yang dikelola oleh sebuah LSM, sementara di Vietnam di layanan PMTCT rutin yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan masyarakat di tingkat distrik dan propinsi. Pada kedua program ini (pendekatan yang diprakarsai tenaga kesehatan di Vietnam dan sistem yang lebih berorientasi pada klien di Indonesia) perempuan hamil menilai layanan tes HIV dalam layanan antenatal. Kecemasan muncul pada beberapa perempuan yang terbukti positif HIV. Mereka tidak puas dengan kualitas konseling dan kegagalan untuk memberikan pengobatan antiretroviral. Penerimaan tes HIV dalam layanan antenatal cukup tinggi, tetapi isu kebijakan utama menurut perspektif ibu hamil adalah apakah layanan PMTCT dapat memberikan kualitas konseling yang baik dan perawatan lanjutan yang diperlukan. Kami menemukan tenaga kesehatan lokal senang dengan program PMTCT. Di Vietnam, program ini menawarkan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap HIV karena mereka dapat merujuk perempuan jauh dari layanan kesehatan distrik ketika akan bersalin. Di Indonesia, kader kesehatan masyarakat senang dengan insentif financial yang diperoleh karena memobilisasi klien untuk mengikuti program PMTCT. Kesimpulan kami bahwa untuk mencapai tujuan global mengurangi infeksi HIV pada anak-anak hingga 50% memerlukan penerjemahan program kesehatan masyarakat yang dirancang secara global ke dalam konteks lokal yang sensitive gender termasuk peluang-peluang lokal untuk perawatan lanjutan dan dukungan sosial.
Sumber: Social Science and Medicine 69 (2009): 838-845
Dipublikasikan: Social Science and Medicine, September, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar